Resensi Film Animasi Transformers

Judul Resensi : Film Animasi Transformers
Kelas : 3IA01
Nama Anggota Kelompok :
- Hambali Syahrul Basir (53412264)
- Ibnu Muzzakkir (53412525)
- Inas Nabilah (53412660)
- Juwita Winadwiastuti (54412011)
- Riyan Neba (56412506)

Film Animasi Transformers



Directed by : Michael Bay
Cinematography : Mitchell Amundsen
Edited by : Tom Muldoon, Paul Rubell, Glen Scantlebury
Running time : 144 minutes


            Transformers adalah film fiksi ilmiah Amerika yang diangkat dari kisah Transformers tahun 1984. Film ini memadukan teknologi CGI dengan aksi langsung. Teknologi CGI (Computer Generated Imagery) merupakan penerapan pencitraan grafis dengan menggunakan animasi 3 Dimensi untuk visual efek khusus. CGI biasa digunakan dalam film, program televisi dan iklan, bahkan di media cetak.
            Film animasi Transformers menggunakan teknologi ini karena memiliki fungsi untuk efek visual yang sulit dilakukan pada adegan nyata. CGI juga menjadi solusi penghematan biaya produksi film, namun dengan hasil visual yang sangat memuaskan, mirip adegan nyata. Misalnya adegan ledakan mobil, ledakan gedung, helikopter dan sebagainya.
Glen Taylor, pendiri sekaligus direktur operasional Taylor James, sebuah perusahaan CGI yang berdomisili di Inggris mengatakan bahwa kini kita bisa menjumpai banyak gambar yang dihasilkan dengan CGI, baik sebagian ataupun secara keseluruhan. Mulai dari film animasi, video & computer game, special effects pada film & iklan TV, konten interaktif pada website, dan dalam pembuatan sebuah visual fotografi.
            Perangkat lunak (software/program) komputer yang biasanya digunakan dalam penerapan CGI antara lain 3ds Max, Blender, Light Wafe 3D, Maya, dan Autodesk Softimage. Permainan video umumnya menggunakan grafik komputer waktu-nyata (jarang disebut sebagai CGI), namun juga sering menggunakan “adegan tengah” (cutscene) yang telah dirender dan film-film pembuka yang mirip dengan penggunaan CGI. Ini dinamakan Full Motion Video (FMV).
            Pada film Transformers sendiri untuk menciptakan karakter yang sesuai dengan ikon dalam serial kartun Transformers, tim produksi bekerja sama dengan tim dari Hasbro, sebuah perusahaan mainan yang menciptakan model-model Transformers. Termasuk masalah detail dan proses transformasi para robot tersebut. Orang yang berperan penting dalam terciptanya real live action para robot Transformers yang awalnya hanya sebuah gambar kartun adalah Jeff Mann, sang production designer pada Transformers 1.
            Tak mudah membuat satu karakter Transformers. Dibutuhkan ribuan keping komponen yang disatukan menjadi sebuah robot raksasa. Dengan menggunakan teknik digital, tim spesial efek menciptakan komponen-komponen itu lalu menempatkan titik-titik pergerakan agar nantinya lebih mudah untuk digerakkan. Jika semua komponen dari tiap karakter robot yang ada dalam film itu disusun berjejer, maka panjangnya mencapai 180 mil atau seluas negara bagian California.
            Setelah merangkai setiap komponen, tantangan berikutnya adalah membuat robot-robot itu bergerak. “Orang berpikir bahwa sebuah robot raksasa pasti akan memiliki pergerakan yang lambat, tetapi Michael Bay justru menginginkan robot itu selincah ninja dan penuh aksi,” kata Jeff White, Digital Production Supervisor ILM. Untuk merealisasikan hal itu, tim produksi mengumpulkan berbagai rekaman adegan stunt yang kemudian gerakannya diimitasikan pada robot-robot animasi tersebut.
           Lalu untuk pergerakan mulut dan raut wajah, mereka menggunakan Facial Animation Process. Tim produksi akan melakukan riset berapa titik wajah yang harus dipetakan ketika seseorang bicara. Titik-titik itulah yang ditransformasikan dalam bentuk digital. Misalnya, untuk membuat Optimus Prime seolah berbicara dibutuhkan sekitar 34.000 titik yang harus digerakkan. Visual Effects Supervisor ILM, Scott Farrar mengatakan, pada Transformers 2 setiap detail animasi dikembangkan pada tahapan yang lebih halus. Di film ini juga terdapat sekitar 40 karakter tambahan.
Pada Transformers 1 menghabiskan 20 terabyte (sekitar 1,024 gigabyte), sedangkan untuk Transformers 2 dibutuhkan ruangan digital sebesar 150 terabyte. Proses rendering (proses final dari beberapa deretan proses animasi) juga membutuhkan waktu lama. Sebagai gambaran, bila proses tersebut dilakukan oleh satu komputer paling canggih, maka sebanyak 555 gambar yang melibatkan visual efek, baru akan selesai di-render setelah 16.000 tahun.
Kerumitan tingkat tinggi juga dihadapi dalam membuat karakter Devastator, robot paling besar dari kubu Decepticon. Robot yang terbentuk dari tujuh robot hasil transformasi alat-alat berat ini adalah robot penghancur. Dengan kekuatan satu hisapan saja, robot ini bisa menarik dan menghancurkan benda apa saja yang berada di depannya. Karena terbentuk dari beberapa robot Decepticon yang berbeda, ukuran robot yang satu ini luar biasa besarnya. Devastator adalah robot terbesar di dua film Transformers.
          Sebagai perbandingan, untuk membuat Optimus Prime dibutuhkan 10.000 komponen yang dapat bergerak. Sedangkan pada Devastator, komponen yang dibutuhkan delapan kali lipatnya yaitu sekitar 80.000 komponen. Salah satu adegan yang merupakan karya terbesar yakni ketika Devastator mendaki sebuah piramid lalu menghancurkan puncaknya, dan menghisap bebatuan di atasnya. “Kami ingin membuat semua lebih real dalam adegan ini. Untuk itu, kami me-render tak hanya robotnya tapi juga latar belakangnya,” kata Farrar.
             Sebagaimana yang dikatakan oleh Farrar pada pembuatan film tersebut yang di render bukan hanya pada bagian objek animasi saja namun juga pada backgroundnya. Berikut contoh pembuatan transformer sebelum dan sesudah pemberian efek animasi:






Adapun video pembuatan animasi pada film Transformers dapat dilihat pada video berikut:



Sumber:





Comments

Popular posts from this blog

Pencahayaan dan Bayangan

Prosedur Pembuatan PT dan Struktur Organisasi PT Gamatechno